TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Sebuah Usaha {4}



Sebuah Usaha {4}

0Chen Liao Xuan tampak sangat sabar menyuapi Cheng Wan Nian. Bahkan sampai sup semangkuk itu pun habis tak bersisa.     
0

Cheng Wan Nian tampak tersenyum simpul, dia sama sekali tak menyangka jika Chen Liao Xuan akan sebaik itu kepadanya. Sebuah hal yang sangat dia dambakan dan sekarang agaknya menjadi kenyataan. Siapa yang tidak ingin jika terus diperhatikan oleh suaminya seperti ini? Sebuah hal yang akan membuat semua istri yang ada di alam raya ini bahagia bukan main.     

"Apakah supnya enak? Dayang Lee yang membuatkannya untukmu. Katanya sup ini bisa memulihkan energimu seperti sedia kala. Tinggal banyak istirahat dan jangan memikirkan apa pun," kata Chen Liao Xuan dengan begitu lembut.     

Cheng Wan Nian kembali mengangguk, tangannya tampak merengkuh Chen Liao Xuan dengan posesif, merebahkan kepalanya di pundak Chen Liao Xuan, kemudian dia memejamkan matanya rapat-rapat. Sebuah hal yang baru dia ketahui kalau Chen Liao Xuan sama sekali tidak tertarik dengan itu.     

"Terimakasih, Yang Mulia. Anda telah peduli dengan hamba. Betapa hamba sangat bersyukur bisa memiliki Anda yang sangat peduli ini. Hamba pikir, Yang Mulia tidak akan peduli lagi, dan akan mengabaikan hamba,"     

"Bagaimana bisa aku mengabaikan selirku sendiri? Meski seharusnya kau mendapatkan hukuman, berapa kali kau mendapatkan kemurahan hatiku, Selir Cheng? Dan jika hal ini masih saja membuatmu merasa jika aku tidak peduli atau pun kau merasa jika aku telah berlaku tidak adil, pikirkan lagi. Siapa Selir yang selalu kubela dan kuistimewakan sampai saat ini,"     

Cheng Wan Nian kembali merengkuh lengan Chen Liao Xuan, kemudian dia kembali tersenyum manis.     

"Terimakasih, Yang Mulia. Anda benar-benar sangat mulia sekali. Anda benar-benar sangat menyayangi hamba, tapi hamba telah berlaku kejam kepada Yang Mulia,"     

Cheng Wan Nian, hendak mencium bibir Chen Liao Xuan. Tapi Chen Liao Xuan langsung menutup mulutnya dengan tangan, hingga membuat Cheng Wan Nian mencium punggung tangan Chen Liao Xuan.     

"Sucikan dirimu dulu, Selir Cheng, jika ingin menyentuhku. Jika memang kau ingin hubungan kita seperti dahulu lagi. Mandilah di sungai Hua Zhou selama tujuh malam, berendamlah di sana sampai satu purnama. Mintalah maafmu karena apa yang telah kau lakukan hingga mengotori semuanya. Maka setelah hal itu, kau bisa meminta apa pun dariku," kata Chen Liao Xuan pada akhirnya. Dia melirik Cheng Wan Nian, membuat wanita itu tersenyum kepada Chen Liao Xuan dengan mimik wajah bahagianya.     

"Apa pun, aku akan melakukannya. Apa pun itu!" semangat Cheng Wan Nian.     

*****     

"Yang Mulia, apa yang akan Anda lalukan setelah ini?" tanya Lim Ming Yu, saat keduanya sedang bermain catur di belakang kediaman Lim Ming Yu dengan beberapa Selir yang lainnya.     

"Lusa, aku akan pergi berburu ke ujung hutan bersama dengan Panglima Jiang. Aku pasrahkan pemerintahan istana ini sementara kepada Penasihat Li. Selama masa aku tidak ada di sini. Kau awasi bagaimana Penasihat Li memberi perintah, apakah lebih baik dan lain sebagainya. Kalau ada masalah besar yang menyangkut istana, pastikan juga apakah Penasihat Li membutuhkan suaraku atau tidak. Dan jika ada satu hal yang tidak baik terjadi dan itu mendesak, kau bakarlah ini. Maka aku akan segera kembali,"     

Chen Liao Xuan memberikan sebuah benda yang dibungkus kain sutra berwarna merah kepada Lim Ming Yu, untuk kemudian Lim Ming Yu menerima benda tersebut. Dia tidak tahu benda apa itu. Yang jelas benda itu sepertinya bersumbu seperti petasan.     

"Baiklah, Yang Mulia. Hamba akan mengingat ucapan Anda. Dan bagaimana dengan Selir Cheng?" tanga Lim Ming Yu lagi.     

"Apa yang dikatakan oleh Selir Lim benar, Yang Mulia. Apakah Selir Cheng mengetahui tentang keberangkatan Anda? Sebab jika tidak, takutnya nanti Selir Cheng akan berpikir yang macam-macam," kata Selir lainnya.     

"Aku sudah mengatakan itu kepada Selir Cheng, dia pun sedang dalam masa pembersihan diri. Jadi aku harap juga, kalian juga mengamati apakah Selir Cheng benar-benar melakukan apa yang kuperintahkan, ataukah dia hanya mengatakan iya di depanku saja. Tidak ada yang tahu tentang hati, apalagi hati yang sejahat iblis. Semua yang terjadi pasti akan menjadi yang tidak mungkin. Jangankan hanya janji, sumpah saja sering sekali diingkari,"     

Lim Ming Yu dan Selir yang lain pun menganggukkan kepala mereka. Sementara itu, Chen Liao Xuan memutuskan untuk kembali ke dalam kediamannya. Diikuti oleh Li Zheng Xi yang telah menunggunya dari luar, Chen Liao Xuan benar-benar tampak begitu tenang. Untuk kemudian dia kembali menghela napasnya panjang, untuk sekadar melegakan dadanya yang terus bertumpuk karena masalah dan pikiran yang bertubi-tubi berkecamuk. Dia bahkan tak bisa mengatakan semua hal itu kepada Li Zheng Xi, yang biasanya merupakan tempatnya berkeluh-kesah dalam urusan pemerintahan.     

"Penasihat Li, kalau memang banyak hal yang harus kau kerjakan saat kutinggal, maka kerjakanlah satu-satu. Aku tahu kau tak ada yang membantu dan aku tidak mau kalau sampai kau menerima beban berat karena aku pergi berburu. Sebab kepergianku bersama dengan Panglima Jiang sedikit lebih lama. Aku ingin melatih kepekaanku dengan berada di hutan terlarang ujung barat alam ini. Karena aku yakin, semua musuh sedang mengintai. Jadi aku harus bisa mempersiapkan semuanya sebelum semuanya terlambat. Aku di sini seperti sebatang kara, kalau bukan aku sendiri yang melindungi diri, lantas siapa lagi. Hingga akhirnya jabatan Raja bisa kulepaskan dengan ikhlas. "     

"Yang Mulia Raja, hamba siap mengemban perintah apa pun yang Yang Mulia Raia inginkan. Dan Yang Mulia jangan pernah khawatir tentang semua hal yang ada di sini. Fokus berlatih Yang Mulia, hamba tidak akan pernah mengecewakan Anda,"     

Mendengar hal itu, Chen Liao Xuan tersenyum kecut. Sebuah hal klise namun agaknya sangat jarang orang yang akan melakukannya dengan baik dan benar. Meminta kepercayaan dan tidak akan mengkhianati terlebih di depan seperti ini. Namun di belakang, siapa yang akan tahu? Seorang yang setia dan patuh bukanlah patokan dari mulut saja. Melainkan dari hati yang memang menggenggam erat rasa kesetiaan itu sendiri.     

"Aku percaya kepamu, Penasihat Li. Kau adalah satu-satunya sosok yang aku percayai di sini. Jadi aku harap kau bisa menangani apa pun yang ada di sini dengan baik dan benar. Jika di istana semuanya sudah pulih, Selir Cheng sudah kembali, dampingi dia untuk mengatur istana sementara aku tidak ada. Namun ketika aku kembali sebelum Selir Cheng kembali, hal itu kau tak perlu melakukannya. Aku akan mengaturnya dan melihat dengan apa yang terjadi di istana selama aku tinggal, dan lagi. Perhatian gerak-gerik dari Kasim Agung Cheng beserta petinggi lainnya, aku penasaran bagaimana mereka akan bertindak selama aku tidak ada di istana."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.